Terdengar
langkah kaki terseret , perlahan terlihat anak gadis yang mulai beranjak dewasa,
berjalan beralaskan sepatu cats hitam kecoklatan berlubang dibagian tumit dan
ujung salah satu sisinya, berjalan diantara debu dan sinar matahari yang sudah
mulai redup, ditangannya tergenggam sebuah bunga mawar merah layu dan mulai
mengering, keringat menghiasi wajah cantik itu, dipundaknya bergantunglah sejuta
harapan keluarga yang menanti dirumah, berharap gadis itu pulang dengan secercah
harapan untuk menyambung hidup, disela langkah kaki itu dia berhenti dan
memandang langit, dengan wajah kesal dia berucap “terima kasih tuhan.. terima
kasih,,,” lalu diapun melanjutkan perjalananya, namun hanya berjarak beberapa
meter dari dia berhenti hujan mulai turun, gadis itu mulai mempercepat
langkahnya namun ternyata hujan semakin deras dan gadis itupun berlari kearah
sebuah kios yang tak lagi ditempati, dia tertunduk memandangi bunga mawar
digenggamannya, dengan hiasan rambut menutupi sisi wajahnya, tak lama kemudian
datanglah seorang anak lelaki yang terlihat umurnya tak jauh beda dengan gadis
itu, dia berdiri disebelahnya, dan tak terasa sudah lima belas menit, hujan
masih saja turun, namun tak sepatah katapun keluar dari bibir gadis itu, dia hanya
tertunduk memandangi mawar merah ditangannya.
“nampaknya malam ini langit tak bersahabat”
terucap sebuah kalimat dari anak lelaki itu sambil memandangi langit dan
sesekali melirik kearah gadis itu, namun
gadis itu tetap tertunduk, dan tak mengucapkan sesuatu katapun, setelah sepuluh
menit kemudian hujan perlahan mulai reda, gadis mawar itu berdiri dari tempat
dia duduk dan memandang langit, dengan senyum kecil dia mulai melangkahkan kaki
pergi dari tempat berteduh itu, anak lelaki yang ada disebelahnya hanya bisa
memandangi dan berfikir heran,
Anak
lelaki itupun juga beranjak pergi dari tempat berteduhnya, sesampai dirumah,
anak lelaki itu menuju kamarnya dan berbaring, namun tak sadar dia memikirkan
siapa gadis mawar layu itu, tak terlihat anggun namun terlihat unik dan aneh,
mata mulai terpejam dan tak terasa mentari mulai lagi muncul diufuk timur,
kembalilah anak lelaki itu ke rutinitas seperti biasannya, bekerja disebuah
toko bunga milik saudara sepupunya, setelah sampai ditoko, dia merapikan toko
dan menyiapkan bunga-bunga segar untuk dijajakkan, membuang sisa-sisa bunga
yang layu kedalam tempat sampah dibagian samping luar dari toko bunga itu, tak
disengaja dia melihat gadis mawar itu, berjalan dengan semangat lewat depan
tokonya, dia tak menyapa, namun gadis mawar itu memberikan senyum kecilnya,
anak lelaki itupun membalasnya dengan kebingungan serta rasa penasaran akan
siapakah gadis mawar itu, dengan semua rasa panarasan dia melanjutkan
pekerjaannya. Dan mentari pun sudah mulai meredupkan sinarnya lagi, setelah
semua selesai dibereskan, anak lelaki itu beranjak pergi dari tempat kerja
menuju rumah, dalam perjalanan anak lelaki itu terus memikirkan gadis mawar,
“kenapa dia tersenyum? Siapa dia?” kata-kata itu terus ada dibenakknya.
“Hai
penjaga toko bunga!” terdengar suara seorang perempuan memanggilnya dari
belakang, anak lelaki itupun menoleh dan ternyata gadis mawar itulah yang
menyapanya,
“saya?” sahut lelaki itu,
“Iya
kamu, maaf kemarin aku tak membalas pertkataanmu,” kata gadis mawar itu,
“ah
tak apalah, mungkin kamu kemarin sedang asik dengan bunga layumu itu,” jawab
lelaki itu.
Gadis
mawar itu hanya tersenyum dan berlalu pergi mendahului, sambil mengucapkan
sebuah kalimat: “rangkaian bunga mawarmu bagus.”
Lagi
dan lagi tak ada kata yang mampu mengobati rasa penasaran anak lelaki itu, dan
sampai akhirnya disuatu pagi diapun memberanikan diri untuk mengenalkan
dirinya, saat gadis mawar melewati depan toko bunga anak lelaki itu berteriak
kepadanya: “hai gadis mawar, aku Rio.. kamu siapa?!”, gadis itu hanya menoleh
dan tersenyum sambil mengangkat tanganya sedikit, berhiaskan rambut panjangnya
yang terurai, tanpa membalasnya. Anak lelaki itu semakin penasaran tentang
siapa gadis mawar itu, dan disore hari saat toko sudah tertutup rapat, dia beranjak
pergi, tiba-tiba gadis mawar itu datang dan menyapanya: “Hai Rio, kenapa kamu
ingin sekali tahu namaku?”
“aku
hanya ingin berkenalan, karena kamu sering lewat depan toko tempat aku bekerja,
lagian kita juga searah jalan pulang bukan?” jawab anak lelaki itu.
Mereka
pun semakin akrab disore itu, bercerita tentang banyak hal dan semua
pengalaman, namun sampai mereka terpisah persimpangan jalan, gadis itu tak juga
mengatakan siapa namanya. “dari tadi kita berbicara, kamu belum sebutin
namamu?” Tanya anak lelaki itu.
“emm…
aku biasa kamu sebut gadis mawar bukan?” jawab gadis mawar itu.
Sambil
mengkerutkan dahi anak lelaki itu bertanya lagi,
“eh,
ngomong-ngomong kenapa kamu setiap pulang selalu membawa bunga mawar layu itu?
Kalau kamu mau aku punya banyak bunga mawar segar ditoko.”,
namun gadis mawar itu hanya tersenyum dan
berucap: “sampai bertemu besuk Rio.”
Sebulan
mereka berteman setelah malam itu, namun Rio tak juga tahu siapa nama Gadis
mawar itu, malam demi malam mereka berdua menyusuri sepanjang trotoar jalan
menuju persimpangan, sampai disuatu pagi saat dia membuka toko bunganya,
terselip sebuah surat dengan pita merah dan bunga mawar layu diatasnya, Rio pun
membuka surat itu dan mulai membacanya.
Dear
Rio
Maaf
kalau bunga mawar layu ini mengotori toko bungamu, setiap pagi aku lewat depan
tokomu dan melihatmu membereskan toko dengan senyum ceria menghiasi wajahmu,
sebenarnya mulai saat itu aku merasakan ada perasaan aneh dihatiku, dan semakin
sering aku melihatmu, semakin aneh pula
rasa di hatiku itu, sampai akhirnya kita bertemu disaat hujan, dan kamu
menyapaku, sebenarnya saat itu aku terlalu gugup disampingmu, bibir ini kelu
tuk menjawab perkataanmu malam itu, aku mulai menyadari bahwa rasa aneh itu
adalah rasa suka kepadamu Rio, Namun aku tak tahu apakah aku pantas mendapatkan
kasihmu itu, bunga mawar layu yang setiap pulang aku bawa dan aku pandangi itu,
adalah bunga mawar yang aku ambil dari tumpukan sampah disamping tokomu, aku
membawanya kerumah dan aku anggap sebagai penyembuh rasaku padamu, Ow iya, Rio,
maaf jika selama ini aku tak mampu ungkapkan rasa ini, karena aku takut kamu
menjauhiku, dan maaf jika aku tak mampu selalu melihat rangkaian bunga mawar
ditokomu, namun, bunga mawar ditanganku ini akan selalu aku simpan sebagai
penggantimu.. sampai jumpa lagi Rio, semoga keindahan mawar selalu menceriakan
hari-hari dihidupmu..
Salam
sayang dariku
Reni
Sejak surat itu datang, tak lagi Rio
melihat Gadis mawar itu. Setiap petang disaat pulang Rio coba menunggu, namun
lama tak kunjung datang gadis mawar itu, dan disaat pagi membuka toko, tak juga
Rio mendapati surat seperti itu lagi, kini dia sadari, bahwa Gadis mawar itu
telah tiada lagi, gadis itu datang dan pergi seperti angin yang membawa
secercah cinta dihati Rio, tanpa adanya harapan lebih yang terwujud..