Berawal langkah kaki menjemput cinta demi dambaan jiwa, menaiki
mobil bertuliskan AL berwarna merah, menuju terminal disudut bekasi diantara
pinggiran Jakarta, bersama ayah yang mencintai dan selalu menyayangiku,
menghampirimu untuk ikut bersamaku melepaskan rasa rindu yang lama menumpuk
dalam relung hati. Saat itu, masih teringat jelas dirimu menunggu dibawah
sebuah pohon didepan emperan toko, senyum manis menyambut aku dan ayahku,
sebuah ciuman hangat ditangan kamu berikan dengan rasa yang mendalam, aku
begitu bahagia saat itu, hingga mulutku terasa kelu ingin berkata apa pun aku
tak tahu. Akhirnya kita bertiga menuju rumah singgahku dipinggiran bekasi, aku
pegang tanganmu erat saat itu, sebagai ungkapan rasa sayang dan juga rinduku padamu.
Namun, tak beberapa lama setelah kita sampai dirumah mungil itu orang tuamu
menelepon dan menginginkan dirimu segera kembali, aku begitu kecewa, namun aku
tak mampu berbuat apa-apa, aku hanya terdiam dan takut karena semua kata yang
aku dengar itu, akhirnya dengan terpaksa aku hantarkan dirimu menuju terminal
disaat kita bertemu, dengan ditemani hujan aku pulang bersama segala luka yang
ada karena hujatan dan hinaan keluargamu.
Langkah demi langkah
kaki menyadarkanku akan keegoisan diri, mengembalikan semua ingatan akan tujuan
dari hidup dan arti, Sore
menjemput lelahku, mengurung semua luka yang tergores karena cinta, terdiam
diri memandangi mega merah di pinggiran bekasi, menyeberangi jalan melangkah
menuju rumah, disambut dengan senyum-senyum hangat, namun bibirku tak mau
berucap, tak sedikitpun mau tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar